BAB I
PEMBAHASAN
Agama menyangkut kehidupan batin manusia. Oleh karena itu kesadaran agama
dan pengalaman agama seseorang lebih menggambarkan sisi-sisi batin dalam
kehidupan yang ada kaitan nya dengan sesuatu yang sakral dan dunia ghaib. Dari
kesadaran agama dan pengalaman ini pula kemudian muncul sikap keagamaan yang di
tampilkan seseorang.
Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam
diri seseorang yang mendorong yang mendorong nya untuk bertingkah laku sesuai
kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan merupakan integrasi secara
kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama, serta tindak keagamaan dalam
diri seseorang. Hal ini menunjukan bahwa sikap keagamaan menyangkut atau
berhubungan erat dengan gejala kejiwaan.
Beranjak dari kenyataan yang ada, maka sikap keagamaan
terbentuk oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
A. Faktor Intern
Faktor-faktor intern yang
berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan antara lain adalah faktor
hereditas, tingkat usia, kepribadian dan kondisi kejiwaan seseorang. Jika
keagamaan memang bukan secara langsung sebagai faktor bawaan.[1]
1. Faktor Hereditas
Jiwa keagamaan memang bukan secara
langsung sebagai faktor bawaan yang diwariskan secara turun-temurun, melainkan
terbentuk dari unsur kejiwaan lainnya yang mencakup kognitif, afektif dan
konatif.Tetapi dalam penelitian terhadap janin terungkap bahwa makanan dan
perasaan ibu berpengaruh terhadap kondisi janin yang dikandungnya. Rasul saw.
Menyatakan bahwa daging dari makanan yang haram, maka nerakalah yang lebih
berhak atasnya.Pernyataan ini setidaknya menunjukkan bahwa ada hubungan antara
status hukum makanan (halal dan haram) dengan sikap.
Selain itu
Rasul SAW. Juga menganjurkan untuk memilih pasangan hidup yang baik dalam
membina rumah tangga, sebab menurut beliau keturunan berpengaruh
(As-Sayaibany,1979:140). Benih yang berasal dari keturunan tercela dapat
mempengaruhi sifat-sifat keturunan berikutnya. Karena menurut Rasul SAW. Selanjutnya:
“Hati-hatilah dengan Hadra Al-Diman yaitu wanita cantik dari lingkungan yang
jelek.”(Sayid Mujtaba dan Musawi Lari. 1977:93)
Perbuatan yang buruk dan tercela
jika dilakukan, menurut Sigmund Freud akan menimbulkan rasa bersalah (sense
of guilt) dalam diri pelakunya. Bila pelanggaran yang dilakukan terhadap
larangan agama, maka pada diri pelakunya akan timbul rasa berdosa. Dan perasaan
seperti ini barangkali yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan
seseorang sebagai unsur hereditas.Sebab, dari berbagai kasus pelaku zina
sebagian besar memiliki latar belakang keturunan dengan kasus serupa.
2. Tingkat
Usia
Hubungan antara perkembangan usia dengan perkembangan jiwa
keagamaan tampaknya tak dapat dihilangkan begitu saja. Bila konversi lebih
dipengaruhi oleh sugesti, maka tentunya konversi akan lebih banyak terjadi pada
anak-anak, mengingat di tingkat usia tersebut mereka lebih mudah menerima
sugesti. Namun, kenyataannyahingga usia baya pun masih terjadi konversi agama.
Terlepas dari ada tidaknya hubungan konversi dengan tingkat
usia seseorang, namun hubungan antara tingkat usia dengan perkembangan jiwa
keagamaan barangkali tak dapat diabaikan begitu saja. Berbagai penelitian
psikologi agama menunjukkan adanya hubungan tersebut, meskipun tingkat usia
bukan merupakan satu-satunya faktor penentu dalam perkembangan jiwa keagamaan
seseorang. Yang jelas, kenyataan ini dapat dilihat dari adanya perbedaan
pemahanan agama pada tingkat usia yang berbeda.
3. Kepribadian
Kepribadian menurut pandangan psikologi terdiri dari dua
unsur, yaitu unsur hereditas dan pengaruh lingkungan.Hubungan antara unsur
hereditas dengan pengaruh lingkungan inilah yang membentuk kepribadian (Arno F.
Wittig, 1977:238).Adanya kedua unsur yang membentuk kepribadian itu menyebabkan
munculnya konsep tipologi dan karakter.Tipologi lebih ditekankan kepada unsur
bawaan, sedangkan karakter lebih ditekankan oleh adanya pengaruh lingkungan.
Dilihat dari pandangan tipologis, kepribadian manusia tidak
dapat diubah karena sudah terbentuk berdasarkan komposisi yang terdapat dalam
tubuh (Crijns dan Reksosiswojo:234). Sebaliknya, dilihat dari pendekatan
karalterologis, kepribadian manusia dapat diubah dan tergantung dari pengaruh
lingkungan masing-masing.
Dari pendekatan tipologis maupun karakterologis, maka
terlihat ada unsur-unsur yang bersifat tetap dan unsur-unsur yang dapat berubah
membentuk struktur kepribadian manusia.Unsur-unsur yang bersifat tetap berasal
dari unsur bawaan, sedangkan yang dapat berubah adalah karakter.Namun demikian,
karakter pun menurut Erich Fromm relatif bersifat permanen.
Unsur pertama (bawaan) merupakan faktor intern yang memberi
ciri khas pada diri seseorang.Dan perbedaan ini diperkirakan berpengaruh terhadap
perkembangan aspek-aspek kejiwaan termasuk jiwa keagamaan.
4. Kondisi Kejiwaan
Kondisi kejiwaan ini terkait dengan kepribadian sebagai
faktor intern.Ada beberapa model pendekatan yang mengungkapkan hubungan
ini.Model psikodinamik yang dikemukakan Sigmund Freud menunjukkan gangguan
kejiwaan ditimbulkan oleh konflik yang tertekan di alam ketidaksadaran manusia.
Konflik akan menjadi sumber gejala kejiwaan yang abnormal. Selanjutnyua,
menurut pendekatan biomedis, fungsi tubuh yang dominan mempengaruhi kondisi
jiwa seseorang.Penyakit ataupun faktor genetik atau kondisi sistem saraf
diperkirakan menjadi sumber munculnya perilaku abnormal.Kemudian pendekatan
eksistensial menekankan pada dominasi pengalaman kekinian manusia.Dengan
demikian, sikap manusia ditentukan oleh stimulan (rangsangan) lingkungan yang
dihadapinya saat itu.
B. Faktor
Ekstern
Manusia sering disebut dengan homo
religious (makhluk beragama).Pernyataan ini menggambarkan bahwa manusia
memiliki potensi dasar yang dapat dikembangkan sebagai makhluk yang
beragama.Jadi manusia dilengkapi potensi berupa kesiapan untuk menerima
pengaruh luar sehingga dirinya dapat dibentuk menjadi makhluk yang memiliki
rasa dan perilaku keagamaan.Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam
perkembangan jiwa keagamaan dapat dilihat dari lingkungan dimana seseorang itu
hidup. Umumnya lingkungan tersebut menjadi tiga, yaitu:[2]
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan suatu social yang
paling sederhana dalam kehidupan manusia.Kehidupan keluarga menjadi fase
sosialisasi awal bagi pembentukkan jiwa keagamaan anak.
Pengaruh kedua orang tua terhadap
perkembangan jiwa keagamaan anak dalam pandangan Islam sudah lama disadari.Oleh
karena itu sebagai interfensi terhadap perkembangan jiwa keagamaan tersebut,
kedua orang tua diberikan beban tanggung jawab. Ada semacam rangkaian ketentuan yang dianjurkan kepada orang tua,
yaitu mengadzannkan ke telinga bayi yang baru lahir, mengakikahkan, memberi nama yang baik, mengajarkan membaca
Al-Qur’an, membiasakan shalat serta bimbingan lainnya yang sejalan dengan
perintah agama. Keluarga dinilai sebagai faktor yang paling dominan dalam
meletakkan dasar bagi perkembangan jiwa keagamaan.
2. Lingkungan Institutional
Lingkungan institutional yang ikut
mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan dapat berupa istitusi formal seperti
sekolah ataupun yang non-formal seperti berbagai perkumpulan dan
organisasi.Sekolah sebagai istitusi pendidikan formal ikut memberi pengaruh dalam membantu
perkembangan kepribadian anak.Menurut Singgih D.Gunarsa pengaruh itu dapat
dibagi tiga kelompok, yaitu; kurikulum dan anak, hubungan guru dan murid, dan
hubungan antar anak.
Dilihat dari kaitannya dengan
perkembangan jiwa keagamaan, tampaknya ketiga kelompok tersebut ikut
berpengaruh.Sebab pada prinsipnya perkembangan jiwa keagamaan tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk
membentuk kepribadian yang luhur.
3. Lingkungan Msyarakat
Sepintas lingkungan masyarakat bukan
merupakan lingkungan yang mengandung unsur tanggung jawab, melainkan hanya
merupakan unsur pengaruh belaka, tetapi norma dan tata nilai yang ada terkadang
lebih mengikat sifatnya. Bahkan terkadang pengaruhnya lebih besar dalam
perkembangan jiwa keagamaan baik dalam bentuk positif maupun negative. Misalnya
lingkungan masyarakat yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat akan berpengaruh
positif bagi perkembangan jiwa keagamaan anak,sebab kehidupan keagamaan terkondisi
dalam tatanan nilai maupun institusi keagamaan. Keadaan seperti ini bagaimanapun
akan berpengaruh dalam pembentukkan jiwa keagamaan warganya.
Sebaliknya dalam lingkungan
masyarakat yang lebih cair atau bahkan cenderung sekuler, kondisi seperti itu
jarang dijumpai.Kehidupan warganya lebih longsor, sehingga diperkirakan turut
mempengaruhi kondisi kehidupan keagamaan warganya.
C. Fanatisme dan
Ketaatan
Suatu tradisi keagamaan dapat
menimbulkan dua sisi dalam perkembangan jiwa keagamaan seseorang, yaitu
fanatisme dan ketaatan.Mengacu kepada pendapat Erich Fromm bahwa karakter
terbina melalui asimilasi dan sosialisasi, maka tradisi keagamaan memenuhi
kedua aspek tersebut.[3]
Suatu tradisi keagamaan membuka
peluang bagi warganya untuk berhubungan dengan warga lainnya
(sosialisasi).Selain itu juga terjadi hubungan dengan benda-benda yang
mendukung berjalannya tradisi keagamaan tersebut (Asimilasi) seperti institusi
keagamaan dan sejenisnya.
Dalam
menyikapi tradisi keagamaan juga tidak jarang munculnya kecenderungan seperti
itu.Jika kecenderungan taklid keagamaan tersebut dipengaruhi unsur emosional
yang berlebihan, maka terbuka peluang bagi pembenaran spesifik. Kondisi ini
akan menjurus kepada fanatisme .sifat fanatisme dinilai merugikan bagi
kehidupan beragama. Sifat ini dibedakan dari ketaatan.Sebab ketaatan merupakan
upaya untuk menampilkan arahan dalam menghayati dan mengamalkan ajaran agama.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sikap keagamaan merupakan suatu
keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong yang mendorong nya untuk
bertingkah laku sesuai kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan
merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama,
serta tindak keagamaan dalam diri seseorang. Hal ini menunjukan bahwa sikap
keagamaan menyangkut atau berhubungan erat dengan gejala kejiwaan.
Beranjak dari kenyataan yang ada, maka sikap keagamaan
terbentuk oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
A.
Faktor Intern
a)
Faktor Hereditas
b)
Tingkat Usia
c)
Kepribadian
d)
Kondisi Kejiwaan
B.
Faktor Ekstern
a)
Lingkungan Keluarga
b)
Lingkungan
institusional
c)
Lingkungan
Masyarakat
C.
Fanatisme Dan
Ketaatan
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin, PSIKOLOGI AGAMA,PT
Raja Grafindo,Jakarta, 1998
http://www.totosimandja.com/2014/05/makalah-psikologi-agama-tentang_7.html
Las Vegas Casino & Hotel - Jtm Hub
BalasHapusJomarkets Hotel 수원 출장마사지 & Casino is the East Coast's premier gaming and entertainment 의왕 출장안마 destination. Located in Las 밀양 출장샵 Vegas, JT's Las Vegas 강원도 출장안마 Casino & Hotel is 보령 출장마사지 a